Kamis, 08 Maret 2018

Di Sudut Rohingya

- Alfiansyah-

Tuanku, puisi ini kusampaikan padamu dalam doa
Karena kusaksikan bangkai wajah menghiasi kota itu
Karena kudengarkan teriakan malam menghempaskan segala kesedihan

Bintang-bintang nyala dan bara api
menyeret jiwa tak berdaya
menenggelamkan kearifan dan timbulkan segala keangkuhan

Wanita itu tak bersalah. Tuan.
Berhentilah kau menyentuhkan bibirnya 
pada batu dan kerikil
Dia hanya menunggu anaknya merayap
melewati lembah dan api peperangan

Berhentilah menjatuhkan bau mesiu dan peluru
Di sana raga-raga kecil kehilangan induknya
mencari bapak, dedak, dan rumput-rumput liar

Berhentilah menjerit-jerit dengan penuh kepongahan
membasmi kota yang katanya konflik ekonomi dan agama

Tengoklah..
Kini darah mengecat lautan dan sungai batas di India
Binatang jalang hanya perlahan merangkak bersama tuannya
lalu, kaki terluka melompat di aspal yang tajam
--Tinggalkan sejarah merah, kibarkan bendera air mata

Bangun dan bangkitlah
Tancapkan matamu di ujung kota itu
Dan lihatlah, kelaparan di mana-mana
membuat resah dan gelisah siapa saja


Palembang, 2018 (Finalis Lomba Cipta Puisi tingkat Asean 2, Purwokerto)

sumber : Ukhuwahnews.com